Selasa, 20 Maret 2012

Menelusur Ruh Kesehatan di Pondok Pabelan



Menelusur Ruh Kesehatan di Pondok Pabelan
Menyambut kehadiran Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.Jp.(K), Menkes RI
Di Pondok Pesantren Pabelan, Sabtu, 23 Agustus 2008


Mukadimah
            Kehadiran Ibu Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.Jp (K), Menteri Kesehatan RI di Pondok Pesantren Pabelan saat ini sungguh terasa istimewa. Di tengah kesibukan beliau yang amat padat tidak hanya di seantero nusantara melainkan juga di tingkat dunia, beliau masih berkesempatan dan bisa hadir di pesantren ini. Kehadiran ibu menteri bagi warga pesantren tidak hanya merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri, melainkan juga punya makna khusus yakni kehadiran beliau kali ini sebagai hadiah ataupun ‘kado’ ulang tahun bagi pesantren, sebab tepatnya besuk pada hari Kamis, 28 Agustus 2008 Pondok Pesantren Pabelan ini akan genap berusia 43 tahun (1965-2008). Di samping itu, kehadiran beliau sebagai penanggung jawab utama bidang kesehatan di Indonesia ini akan kita jadikan sebagai momentum bagi peningkatan kualitas layanan kesehatan santri dan masyarakat, khususnya untuk lembaga otonom pesantren, yakni Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM). Inilah antara lain makna penting kehadiran Menteri Kesehatan di Pondok Pesantren Pabelan kita ini

Sekilas Pondok Pesantren Pabelan
Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan adalah nama lengkap pesantren ini. Pabelan adalah nama desa di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Pondok Pesantren Pabelan merupakan satu dari 149 buah pondok pesantren se-Kabupaten Magelang yang warna dan coraknya memang beraneka ragam. Di pesantren ini santri yang berusia 12-21 tahun dan berasal dari berbagai penjuru tanah air, bahkan ada juga yang dari Malaysia, semuanya berjumlah 589 orang, terdiri atas 304 orang laki-laki dan 285 orang perempuan. Mereka selain mengaji dan beribadah juga secara formal mengikuti pendidikan di Kulliyat al-Muallimin al-Islamiyyah (KMI) yang setara dengan MTs (SMP) dan MA (SMA) dengan kurikulum integrasi Departemen Agama dan pondok pesantren. Oleh karena itu dengan bahasa pendidikan formal saat ini, santri di Pabelan ini terdiri dari kelas VII hingga kelas XII.
Ustadz-ustadzah atau guru pada tahun pembelajaran ini ada 47 orang dengan berbagai latar belakang pendidikan (disiplin ilmu) yang terklasifikasi sebagai lulusan D3/Sarjana Muda 7 orang (14,89%), Sarjana/S1 38 orang (80,85%) serta Pascasarjana/S2 4 orang (8,5%). Klasifikasi berdasarkan gender guru adalah lakil-laki 25 orang dan perempuan 22 orang. Dengan demikian rasio guru:santri adalah 1:12.
Adapun visi Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan bertujuan mendidik para santri menjadi mukmin, muslim dan muhsin yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas. Untuk mencapai visi dirumuskanlah lima misi yakni (i) Menanamkan dan meningkatkan disiplin santri untuk melaksanakan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari; (ii) Menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwah diniyah, kemandirian dan kebebasan dalam kehidupan sehari-hari; (iii) Menyelenggarakan pendidikan formal dengan kurikulum pesantren yang disesuaikan dengan kurikulum pendidikan nasional; (iv) Mendidik dan mengantarkan santri untuk mampu mengenali jatidiri dan lingkungannya serta mempunyai motivasi dan keberanian dalam memilih sesuai dengan pilihan hidupnya; serta (v) Mendidik dan mempersiapkan santri untuk menjadi manusia mandiri dan berkhidmat kepada masyarakat, negara, nusa dan bangsa.

Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM)
Kesehatan merupakan hal penting di pesantren ini. Sesuai dengan visi dan juga motto pondok, kesehatan yang dirumuskan sebagai berbadan sehat merupakan urutan kedua setelah yang pertama berbudi tinggi serta sebelum urutan ketiga berpengetahuan luas serta urutan yang terakhir adalah berpikiran bebas. Hal ini sejalan juga dengan ilmu penting yang dipelajari di pesantren yakni ilmu Fikih; pada kitab fikih apapun seperti al-Fiqh al-Wadhih bab Taharah (Bersuci/Kebersihan, Kesucian) merupakan bab pertama yang awal-mula dipelajari santri. Hal itu menegaskan secara normatif dan juga secara strategis bahwa kebersihan dan kesehatan adalah hal penting dan yang dipentingkan di pesantren.
Bidang kesehatan memang sudah diupayakan awal semenjak berdirinya pesantren ini pada tahun 1965. Seorang mantri kesehatan bernama Abdurrahman yang berdinas di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kramat Magelang secara tekun melakukan penyuluhan-pemeriksaan kesehatan santri di luar jam dinasnya. Kebetulan tenaga medis ini merupakan menantu Kiai Abdurrajak yang aseli dari desa Pabelan ini. Berlanjut pada tahun 1972 hadir tenaga medis bantuan seorang wali santri, Kolonel Marjoto yang berdinas di RINDAM Magelang, yakni mantri kesehatan bernama Ngishomdhani yang melakukan praktik di Pondok Pabelan ini tiga hari dalam seminggu. Namun kedua orang itu bertugas-mengabdi masih secara individual di pesantren ini.
 Pada tahun 1976 diadakan Pelatihan Kader Kesehatan di pesantren yang diikuti oleh 20 orang santri dan 20 orang warga Pabelan. Tindaklanjut dari pelatihan yang difasilitasi oleh LP3ES (Lembaga Pendidikan, Pengkajian dan Penerangan Ekonomi dan Sosial) itu adalah dibentuknya Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Usaha Kesehatan Santri (UKS) yang masing-masing memiliki Pos Obat serta iuran Dana Sehat. Saat itu warga per KK mengiur Rp 25,-/bulan demikian pula untuk santri Rp 25,-/bulan; alhamdulilah hingga saat ini iuran Dana Sehat masih berjalan meskipun tentu dengan menyesuaikan tuntutan harga yakni kini menjadi Rp 1000,-/bulan untuk santri serta untuk masyarakat sebesar Rp 500,-/bulan.
Dua lembaga yakni UKM dan UKS itulah yang kemudian bernaung di bawah satu atap yakni Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM). Masing-masing unit memiliki pengurus dan program yang berbeda meskipun sering disinkronkan. Secara kelembagaan BKSM ini merupakan lembaga otonom pesantren namun dalam kegiatannya selalu bersinggungan bahkan kemudian bekerjasama dengan berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintah seperti Pemerintahan Desa Pabelan, Puskesmas Kecamatan Mungkid, Dinas Pendidikan, dll. Dalam perkembangannya sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dhi. Dinas Kesehatan maka UKM ini berubah menjadi Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) yang ditangani oleh kader-kader kesehatan desa/PKK; dan Pos Puskesmas Keliling; serta akhirnya berkembang lagi menjadi Pos Bersalin Desa (Polindes). Alhamdulilah pada tahun 2006 kemarin Polindes kita ini ‘naik-tingkat’ menjadi Pos Kesehatan Desa (PKD). Sementara perkembangan UKS relatif lebih stabil karena merupakan kepentingan yang lestari. Meskipun demikian kegiatan UKS yang lebih bersifat edukatif dan preventif terus dilakukan secara periodik seperti pelatihan, penyuluhan serta pemeriksaan kesehatan santri.
Kesyukuran pesantren untuk menandai momentum kehadiran Menteri Kesehatan di Pesantren Pabelan ini adalah peningkatan layanan kesehatan baik yang menyangkut santri maupun masyarakat. Untuk itulah kemudian pesantren mengemas kunjungan kerja Menkes ini sebagai momentum peningkatan kualitas layanan kesaehatan. Sungguh kita berharap di tengah biaya kesehatan yang makin tinggi ini tetap meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.

Khatimah
Kesehatan di pesantren sungguh bukan drop-dropan dari luar melainkan merupakan bagian penting dari ajaran agama Islam serta telah menjadi visi pesantren. Pesantren sungguh butuh dan berkepentingan akan kesehatan itu; sementara kita percaya pemerintah juga berkepentingan serta butuh untuk itu. Dari sini kemudian terjadi sinergi antara pihak pesantren dengan pemerintah guna meningkatkan kesehatan santri dan masyarakat.
Usaha agar santri dan masyarakat sehat sudah dilakukan sejak awal berdirinya Pondok Pabelan, Sabtu Paing tanggal 28 Agustus 1965. Visinya saat itu adalah menjadi manusia yang sehat, bermartabat dan berkecukupan. Pondok pada awal menghadirkan tenaga medis dari luar. Seorang mantri kesehatan yang bertugas di RSJ Magelang, Abdurrahman yang menjadi menantu pak Abdul Rojaq, warga aseli desa Pabelan, setiap hari bersedia menjaga kesehatan santri Pabelan. Kemudian mulai tahun 1970-an hadir mantri kesehatan ‘Ngishomdhani yang berdinas di RINDAM Diponegoro Magelang menggantikan; Ngishom ini anak buah Kolonel Marjoto, salah seorang wali santri Pabelan.
            Tahap berikutnya terjadi kerjasama secara kelembagaan. Ketika Lembaga Pendidikan, Pengkajian dan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES) menjalin kerjasama dengan Pondok Pabelan dengan konsep pengembangan masyarakat tahun 1973, maka bidang kesehatan-gizi mendirikan sepuluh Pos Obat serta Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) yang mengadopsi model iuran-masyarakat-sehat dari Yayasan Indonesia Sejahtera (YIS) Surakarta. Saat itulah Pondok Pesantren Pabelan bekerjasama dengan Puskesmas Kecamatan Mungkid sebagai ujung Dinas Kesehatan dengan dokter Rohadi. Pada saat itulah kita sempat diundang dalam berbagai diskusi kesehatan masyarakat, semacam contoh soal proyek, bahkan sempat pula didatangi oleh Grant direktur World Health Organization (WHO), 1974.
            Sejalan dengan pengembangan konsep kesehatan masyarakat maka lembaga ini di tempat ini juga ikut berganti nama yakni menjadi Pos Bersalin Desa (Polindes) dan secara kelembagaan internal menjadi Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM) Pondok Pabelan; yang kemudian berkembang menjadi Pos Kesehatan Desa (PKD) Pabelan, sungguh pihak pesantren lebih sebagai pengayom dan penyedia tempat namun dengan konsep dan fasilitas dari pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar